Gunung Berapi Vesuvius Meletus (Pompeii - Italia, Tahun 79 Masehi)
Pic by: Heleen de Jong-Kwant |
Pompeii merupakan kota kuno yang terletak di Italia
berdekatan dengan Napoli. Kota ini telah
ada sejak beberapa ratus
tahun sebelum masehi. Pompeii terletak
di kaki gunung yang bernama Vesuvius. Hingga pada tahun 79 Masehi, tak ada seorangpun yang tahu
bahwa Vesuvius adalah gunung berapi tidur.
Pada tanggal 24 Agustus 79 Masehi, kota Pompeii berubah
menjadi kota kematian bagi beberapa kehidupan di tempat tersebut. Hal tersebut
dijelaskan oleh tulisan peninggalan Pliny (muda) yang ditulisnya berdasarkan
penuturan sang paman yang bernama Gaius Plinius Secundus atau dikenal Pliny (tua). Berdasarkan tulisannya,
diketahui bahwa Vesuvius meletus dengan
suara lantang seperti Guntur. Dilihatnya
kepulan awan hitam yang terdapat di gunung membetuk seperti pohon
pinus raksasa yang menjulang ke angkasa.
Sebelumnya gunung tersebut tidak pernah meletus, lerengnya
di penuhi areal perkebunan serta pada kaki gunung merupakan tempat pusat
perdagangan dan pertanian. Tak ada yang menyadari kalau Vesuvius merupakan
gunung berapi, walaupun bentuknya mirip
gunung berapi. Beberapa puluh kilometer dari gunung tersebut terdapat gua-gua
yang disertai asap dan geyser vulkanik, sehingga di sebut “Gerbang Menuju
Neraka”. Selain itu, tempat tersebut juga pernah dihancurkan oleh gempa dahsyat sekitar enam belas tahun
sebelumnya, namun setelah itu mereka membangunnya kembali.
Letusan Vesuvius memuntahkan lahar, abu dan batu apung
yang terlontar sejauh 19km ke udara.
Batu sampai sebesar 20cm juga turut beratuhan dari udara akibat letusan, dan
membunuh serta menghancurkan
rumah-rumah penduduk. Setelah itu awan hitam pun membungkus kota
tersebut. Selain Pompeii, daerah Herculeneum juga bernasib sama.
Setelah letusan hari pertama mulai mereda,
warga mulai kembali ke rumah mereka tanpa tahu bahwa akan terjadi semburan awan
panas yang terus berlanjut dan disertai abu, batu apung dan uap panas
mematikan yang menyembur dengan kecepatan hampir 100km/jam. Banyak dari
mereka meninggal seketika baik karena
gas sulfur ataupun kesulitan bernapas. Selain
itu, salju yang terdapat di gunung
berubah mencair menjadi longsoran air mendidih yang kemudian menghancurkan
bangunan dan merebus apa yang dilaluinya.
Akibat semburan awan panas serta hujan abu dan batu apung, membuat kota Haculeneum terkubur sedalam belasan meter dan Pompeii sekitar lima sampai tujuh meter. Kota-kota yang terkubur abu dan batu apung tersebut membuat warga mereka juga ikut terkubur dan terawetkan secara sempurna selama 16 abad (1600 tahun) hingga dilakukan penggalian pada pada kota yang terkubur tersebut. Dari penggalian didapatkan puing-puing kota dan tubuh manusia yang awet sebagaimana posisi mereka terkubur sejak 16 abad yang lalu. Penggalian mulai dilakukan pada tahun 1738 untuk Herculeneum dan tahun 1748 untuk Pompeii. Konon katanya abu dan batu apung yang mengubur Pompeii digali menggunakan sekop, dan yang lebih parah adalah Herculeneum. Penggalian Herculeneum lebih sulit, sebab puing-puing vulkanik yang menutupi kota tersebut telah berubah menjadi batu padat, sehingga memerlukan bor dan linggis semasa penggaliannya. Dari hasil penggalian, didapatkan puing-puing bangunan (sisa kota), tubuh manusia yang terawetkan jadi batu, serta beberapa lukisan. Kota tersebut kini diangkat menjadi situs peninggalan dunia oleh UNESCO.
Pic by: Heleen de Jong-Kwant |
Akibat semburan awan panas serta hujan abu dan batu apung, membuat kota Haculeneum terkubur sedalam belasan meter dan Pompeii sekitar lima sampai tujuh meter. Kota-kota yang terkubur abu dan batu apung tersebut membuat warga mereka juga ikut terkubur dan terawetkan secara sempurna selama 16 abad (1600 tahun) hingga dilakukan penggalian pada pada kota yang terkubur tersebut. Dari penggalian didapatkan puing-puing kota dan tubuh manusia yang awet sebagaimana posisi mereka terkubur sejak 16 abad yang lalu. Penggalian mulai dilakukan pada tahun 1738 untuk Herculeneum dan tahun 1748 untuk Pompeii. Konon katanya abu dan batu apung yang mengubur Pompeii digali menggunakan sekop, dan yang lebih parah adalah Herculeneum. Penggalian Herculeneum lebih sulit, sebab puing-puing vulkanik yang menutupi kota tersebut telah berubah menjadi batu padat, sehingga memerlukan bor dan linggis semasa penggaliannya. Dari hasil penggalian, didapatkan puing-puing bangunan (sisa kota), tubuh manusia yang terawetkan jadi batu, serta beberapa lukisan. Kota tersebut kini diangkat menjadi situs peninggalan dunia oleh UNESCO.
Pic by: Heleen de Jong-Kwant |
Komentar
Posting Komentar